Senin, 19 Januari 2009

FILSAFAT ILMU “Sebagai Metode Berpikir”

Perkembangan sejarah manusia telah mencapai ribuan tahun lebih. Tidak sedikit peradapan yang dilahirkan dan dituangkannya sebagai karya monumental pada setiap zaman. Peradapan besar dunia ini sedikit banyak tidak bisa dilepaskan dari peran filsafat yang sering juga disebut Mother of Seciense (Induk Ilmu Pengetahuan) yang melahirkan berbagai ilmu pengetahuan.

Kajian filasafat secara global dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi yang merupakan bagian yang paling umum dari obyek yang akan dikajinya. Ontologi merupakan cabang filsafat yang mempertanyakan apa hakekat segala sesuatu dan merupakan cabang filsafat yang mencoba menggali serta mengkaji sesuatu sampai pada yang paling dasar (hakekat). Penyebab pertama, materi pertama atau yang semacamnya merupakan tujuan dari kajian cabang ini. Misalnya, fenomena alam semesta yang meliputi bumi, matahari, siang, malam, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya tentunya terdapat hal yang paling mendasar (hakekat) yang menyebabkan itu semua yaitu Tuhan (Allah). Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan bagaimana ilmu pengetahuan diperoleh. Cabang ini berusaha merumuskan cara-cara (metode) untuk menemukan pengetahuan. Misalnya, bagaimana mengetahui bahwa api itu panas. Api itu panas karena kita telah menyentuhnya atau dekat darinya (metode empiris). Sedangkan Aksiologi ialah cabang filsafat yang membahas bagaimana produk ilmu pengetahuan yang digunakan untuk kepentingan masyarakat (bernilai praktis), termasuk di dalamnya membahas masalah etika.

Secara umum ketiga cabang filsafat tersebut mempunyai aliran-aliran tertentu dengan faham (ajaran)-nya masing-masing. Tetapi, yang menjadi tujuan utama dalam rangka mempelajari filsafat adalah menjadikannya sebagai pisau bedah (membentuk pola pikir) sebagai titik tolak analisa, dengan tidak harus meyakini dan menerima ajaran-ajaran (ideologi)-nya. Karena setiap aliran, pasti menawarkan sebuah metode untuk menafsirkan realitas, disamping ideologi.

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philo (cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Jadi filsafat dapat diartikan cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Sedangkan secara lebih tegas (secara teknis) filsafat menurut Harun Nasution adalah berfikir menurut logika (tata tertib) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar persoalan.

Hakikat (Watak) Ilmu Pengetahuan (Realisme dan Idealisme)

Hakekat merupakan hal yang paling mendasar dari realitas yang merupakan pokok dan fondasi yang menopang adanya sesuatu. Hakekat pada pengetahuan menjadikan landasan dan pijakan paling fundamental yang mempengaruhi sifat dan karakter dari pengetahuan tersebut. Berkaitan dengan ilmu pengetahuan ada dua pandangan yang saling bertentangan untuk menafsirkan apa sebenarnya hakekat (dasar) dari ilmu pengetahuan (realitas) yaitu idealisme dan realisme.

Pertama, Idealisme. Istilah idealisme dalam rumusan filasafat sering berbeda dengan yang dirumuskan demi pengertian ilmu-ilmu yang lainnya yang mengatakan bahwa akal (mind), ide merupakan hakekat segala yang ada. Titik tolak yang menjadi dasar dari Idealisme adalah bahwa hakekat dari realitas ini adalah ide, jiwa atau roh. Idealisme merupakan salah satu aliran yang cukup berpengaruh dalam filsafat dan mempunyai banyak aliran yaitu Idealisme Obyektif, Idealisme Subyektif, dan Idealisme Personal. Tetapi pada pembahasan ini hanya dititikberatkan pada idealisme subyektif yang memang berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan (epistemologi).

Kedua, Realisme. Corak ini berpandangan bahwa realitas itu benar-benar ada (real) dan nyata yang berdiri independen di luar manusia. Realitas itu ada dan selalu ada, walapun manusia tidak memikirnya atau mempersepsikanya. Realitas berdiri sendiri dan bersifat obyektif. Berdiri sendiri dalam artian tidak terpengaruh dan dipengaruhi keberadaanya oleh manusia dan bersifaat obyektif karena semua manusia akan punya pandangan yang sama bila mempunyai pengalaman yang sama.

Dari sekilas urain singkat di atas tentang seluk-beluk yang penting dalam cabang filasafat yaitu epistemologi yang menekankan aspek metotologis atau teksnis bagi ilmu pengetahuan -dalam makna yang paling umum- untuk melecak, menemukan dan merumuskannya. Metode-metode yang ditawarkan merupakan bentuk yang paling umum dan luas yang merupakan sumber utama (dasar) yang nantinya melahirkan metode-metode yang lainnya. Oleh sebab itu epistemologi di sini harus dipahami secara fleksibel dan lentur serta tidak kaku, walaupun kita ttidak boleh secara serampngan menggunakannya.




2 komentar: